Madinah: Development of Civilization

Selama ini kita mengetahui nama Madinah, yang merupakan singkatan dari “Madinnatun Nabi” memiliki arti “Kota” yang dalam kepanjangannya biasa diartikan sebagai City of the prophet. Namun sebagaimana bahasa Arab lainnya, makna Madinah ternyata tidak bisa diterjemahkan secara langsung sebagai kota, dalam tataran maknawi nya lebih tepat disarikan sebagai Development of Civilization atau dalam bahasa sederhana bisa kita sebut: tempat berkembangnya sebuah peradaban.
Dari sini, bisa kita simpulkan sebenarnya ada pesan kuat yang ingin Baginda Rasulullah (‘alaihi shalatu wassalam) sampaikan kepada kita, mengapa nama Madinah yang dipilih sebagai tempat tujuan hijrah. Karena kedua kata ini memiliki satu pesan tunggal, yaitu pentingnya sebuah perubahan.
Hal ini saya kira sesuai juga dengan pelajaran dari TEI 2017 kemarin, dimana kita lihat tidak mungkin perusahaan-perusahaan baru ini bisa lahir dan tumbuh jika tidak dengan semangat perubahan yang dimiliki oleh owner-nya. Mungkin itu sebabnya dalam Al-qur’an, Allah subhanahu wa ta’ala menyandingkan kata “hijrah” dengan “luasnya rezeki” sebagaimana yang bisa kita lihat dalam ayat ini.
Dan barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak…” [An Nisa: 100]
Jadi dimensi hijrah ini, kalau kita gunakan literasi kids jaman now, dapat kita artikan sebagai asas lahirnya disruptive innovation, seperti Amartha yang dari bisnis modelnya dapat mengancam eksistensi program KTA Bank BRI dalam beberapa tahun ke depan, atau Expedito dengan platform agregator-nya dapat memfasilitasi para eksportir melakukan pengiriman melalui DHL, FedEx, TNT dengan harga yang lebih murah, ajib.
Sebenarnya, pelajaran tentang hijrah, serta berkembangnya peradaban ini sudah cukup bagi kita untuk selalu memiliki semangat perubahan. Pun adanya kelompok yang berusaha untuk menolak perubahan ini, pada saatnya akan tergilas sebagaimana disampaikan dalam Al-Qur’an, tepatnya di surat Al Anfal ayat 72.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada Muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun bagimu melindungi mereka, sampai mereka berhijrah…” [Al Anfal: 72]
Ayat ini memberikan pesan kuat bahwa, ketidak mampuan kita untuk mengikuti perubahan akan menjadikan kita golongan yang lemah, yang dalam politik biasa dibahasakan sebagai “hilangnya eksistensi”. Mungkin itu juga sebabnya, belakangan ini, ada segolongan kelompok yang merasa tergilas dengan model sharing economy ala ojol. Karena bagaimana pun, keengganan kita untuk berhijrah, pada saatnya akan membesar menjadi sebuah beban dalam suatu komunitas.
Jadi jika ada satu kata yang paling tepat yang dapat merangkum cita-cita besar sebuah perubahan dari suatu tempat, tidak lain dan tidak bukan adalah nama pemberian dari seorang yang paling mulia, Baginda Nabi Muhammad ‘alaihi shalatu wassalam, yang menamakan tempat tujuan hijrah kaum muslimin pada saat itu dengan nama Madinah, Development Civilization, tempat terus berkembangnya sebuah peradaban.
Foto: Transformational Business Network Asia, September 2017 Grand Mercure Kemayoran – Jakarta

Post a Comment

0 Comments